System BIOS
BIOS ( Basic Input/Output System ) merupakan program level bawah pada komputer yang fungsinya menghubungkan antara hardware khususnya chipset dan prosesor dengan sistem operasi. BIOS menyediakan akses pada hardware yang dapat digunakan pada sistem operasi seperti DOS dan windows yang menjalankan program apliakasi. Dengan BIOS juga memungkinkan kita untuk mengontrol setting hardware pada komputer untuk booting sistem operasi ketika menghidupkan komputer.
BIOS merupakan program yang dijalankan komputer pada pertama kali, program BIOS ini di load pada RAM dan disimpan untuk digunakan oleh sistem operasi dan program alikasi. Ketika PC dijalankan untuk pertama kali, memori RAM masih kosong kemudian sistem me-load program BIOS yang disimpan pada memori dengan ukuran 64 Kb pada awal alamat memori (addresses F000h sampai FFFFh). Dikarenakan BIOS itu merupakan program yang harus di load pada sistem untuk pertama kali, maka program BIOS ini harus tidak bisa dirubah atau hilang dan disimpan pada memori ROM (read only memori) yang bersifat hanya dapat dibaca saja.
Program BIOS yang lama biasanya tidak bisa membaca hardware-hardware yang baru sehingga program BIOS pada komputer yang dulu tidak bisa dipakai pada komuter yang baru. Penggambaran umum layer software pada sistem komputer, ada beberapa tahapan layer, dimana tingkatan layer ini mempunyai fungsi masing-masing. Apabila kita menjalankan program aplikasi seperti Microsoft Word 6.0 yang berjalan pada windows 3.x. kemudian kita dapat melihat tampilannya pada display monitor, kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya ketika kita menjalankan aplikasi ini ada beberapa layer yang harus dilalui. Word 6.0 adalah program aplikasi yang dijalankan pada sistem opersi Windows, Windows berjalan pada DOS dan DOS berjalan diatas sistem BIOS dan BIOS sebagai interface pada hardware. Tabel dibawah ini menggambarakan beberapa layer dari tingkat layer yang paling bawah sampai layer apllikasi.
Layer # Layer
0 Hardware
1 System BIOS
2 Operating System
3 Application
Dari tiap-tiap layer di atas mendukung kesesuaian dari aturan program pada masing-masing layer yang menggunakan standar interface. Oleh karen itu dari kasu di atas bahwa apabila kita menjalankan Word 6.0, maka Word 6.0 itu harus dapat berjalan pada Windows dan sesuai dengan aturan yang didesain pada Windows. Windows juga harus mengikuti aturan yang ada pada DOS, dan DOS harus sesuai dengan standar komunikasi dengan BIOS.
Tahapan sistem boot
Pada sistem BIOS yang dijalankan pada Komputer yang yang mulai dinyalakan, ada beberapa tahapan agar hardware-hardware yang ada pada komputer dapat dikenali. Di bawah ini tahapantahapan dimana pada saat komputer mulai dinyalakan :
- Pada saat komputer mulai dinyalakan, maka Internal power supply menyala dan melakukan inisialisasi. Power supply mengalirkan sampai membangkitkan daya listrik untuk komponenkomponen komputer yang sebelumnya masih kosong. Pada saat yang sama chipset akan membangkitkan dan memberikan signal pada processor sampai semua signal dapat diterima dengan baik dari power supply. Proses ini sama ketika kita me-reset komputer dengan menekan tombol reset pada casing.
- Setelah kita menekan tombol power dan semua komponen telah terisi arus listrik, maka processor akan membaca untuk memulai eksekusi. Ketika processor pertama kali start up, pada memori belum ada instruksi apa-apa yang dapat dieksekusi. Maka processor akan melihat atau membaca pada sistem BIOS ROM untuk memulai program boot BIOS. Instruksi program boot ini lokasinya ada pada alamat FFFF0h, pada bagian akhir pada sistem memori. Lokasi untuk program BIOS ini sengaja ditempatkan dibagian akhir memori ini, agar ukuran ROM dapat dirubah tanpa mengganggu alamat yang dipakai untuk program yang lain dan tanpa menimbulkan masalah.
- BIOS melakukan power-on self test (POST). Jika ada error yang fatal, maka proses boot akan dihentikan.
- BIOS akan mebaca video card yang terpasang pada sistem. Alamat BIOS ini ormalnya akan disimpan pada lokasi C000h di memori. Sistem BIOS akan mengeksekusi dan menginisialisasi BIOS video card. Pada video card yang terbaru akan menampilkan informasinya pada monitor mengenai spesifikasi video card-nya.
- Kemudian BIOS akan mencari ROM device yang lain seperti BIOS IDE/ATA hard disk yang dapat ditemukan pada alamat C8000h dan mengeksekusinya. Jika masih ada BIOS device yang lain, maka sistem akan mengeksekusinya satu persatu.
- Informasi BIOS akan ditampilkan pada starup screen.
- BIOS akan melakukan tes lagi pada sistem, termasuk tes memori yang informasinya akan ditampilkan pada monitor. BIOS ini juga akan menampilkan pesan kesalahan pada layar monitor jika terjadi kesalahan pada sistem.
- BIOS juga melakukan bermacam-macam sistem inventori ("system inventory") dari berbagai macam hardware komputer pada sistem. Untuk sistem BIOS yang baru biasanya sudah mempunyai setting otomatis dan akan menentukan memory timing. Sepeti mendeteksi dinamik set hard disk parameter dan access modes dan menentukan alamat memorinya. BIOS ini juga akan mendeteksi untuk logical device (port COM dan LPT ).
- Jika BIOS support standar Plug and Play, maka akan mendeteksi dan mengkonfigurasi Plug and Play device dan akan menampilkan pesannya pada layar monitor.
- BIOS akan menampilkan summary dari configurasi sistem
- BIOS melakukan search drive mana yang akan dieksekusi untuk memulai boot. BIOS yang baru biasanya sudah ada setting yang mengontrol sistem untuk menentukan pertama kali boot yang dilakkukan seperti dimulai dari floppy disk ( A: ) atau pertama kali boot dari hard disk ( C: ) atau bisa juga kita setting pertama kali boot dari CDROM atau device yang lain.
- Mempunyai identifikasi target boot drive. BIOS menari informasi boot untuk master boot record pada cylinder 0, head 0, sector 1 (sector pertama pada disk). Jika memakai floppy disk, maka akan mencari alamat yang sama pada floppy disk untuk volume boot sector.
- Jika tempat untuk boot sudah ditemukan, maka BIOS akan memulai proses booting sistem operasi dengan menggunakan informasi pada boot sector.
- Jika tidak ada boot device yang ditemukan, sistem akan menampilkan pesan error dan proses akan berhenti. Biasanya akan menampilkan pesa kesalahan seperti : "No boot device available" atau "NO ROM BASIC - SYSTEM HALTED".
Proses diatas akan diulangi lagi kalo kita melakukan reboot atau yang biasanya menekan tombol {Ctrl}+{Alt}+{Delete}, tetapi pada proses ini hanya dilakukan mulai melakukan dari nomer 8 ke atas, karena inisialisasi informasi hardware masih tersimpan pada memori.
BIOS Power-On Self Test (POST)
BIOS Power-On Self Test (POST) merupakan proses yang dilakukan pada pertama kali boot untuk melakukan penyusunan daftar hardware. Pada POST ini terdapat program diagnostik yang melakukan pengecekan hardware untuk meyakinkan bahwa semua komponen ada dan berfungsi secara baik sebelum BIOS memulai boot yang sebenarnya. Kemudian dilanjutkan dengan tambahan tes seperti tes memori yang dapat dilihat prosesnya pada layar monitor. Proses POST ini berjalan dengan sangat cepat sekali dan kita hanya mengetahui hasil dari tes ini apakah sudah berjalan dengan baik atau masih ada kerusakan hardware.
BIOS Startup Screen
Ketika sistem BIOS melakkukan start up, maka akan terlihat informasi yang ditampilkan pada layar, biasanya setelah informasi video adapter ditampilkan. Biasanya informasi yang ditampilkan pada
BIOS start up diantaranya :
- Nomer versi dari BIOS Manufacturer
- The BIOS Date : tanggal dari produk BIOS.
- Setup Program Key : Tombol untuk memasuki setup program BIOS. Biasanya menggunakan tombol Del, F2, atau kombinasi tombol lainnya.
- System Logo : Logo dari perusahaan BIOS
- The "Energy Star" Logo : Logo BIOS yang support untuk Energy Star standard.
- The BIOS Serial Number : Biasanya dapat dilihat pada bagian bawah dari layar.
System Configuration Summary
Sebelum BIOS memulai booting sistem operasi dari disk, akan ditampilkan tabel ASCII-graphic yang mengandung informasi mengenai configurasi sistem. Pada tabel ini biasanya terdapat informasi mengenai hardware yang terpasang pada sistem diantaranya :
Processor (CPU) Type : Biasanya mengandung informasi generasi dari keluarga processor
seperti Pentium atau Pentium pro, AMD dan lain sebagainya.
Coprocessor : digunakan untuk mengidentifikasi sistem komuter, apakah mempunya dukungan
terhadap coprocessor atau unit floating point (FPU). Pada processor yang baru biasanya sudah
builtin, jadi biasanya berisi "Installed" or "Integrated".
Clock Speed : merupakan kecepatan dari processor dalam MHz.
Floppy Drive A : menampilkan ukuran dan kapasitas yang terdeteksi pada floppydisk, A:
Floppy Drive B : menampilkan ukuran dan kapasitas yang terdeteksi pada floppydisk, B:
IDE/ATA Drives : Kebanyakan BIOS akan menampilkan empat device dari sistem IDE seperti
primary slave dan master, dan secondary slave dan master.
Base Memory Size : biasanya selalu berisi ukurannya 640 K atau sering disebut conventional
memory.
Extended Memory Size : Berapa banyak extended memory (RAM) pada sistem.
Cache Size : ukuran dari cache memori pada sistem
Memory Type and Configuration : Pada sistem yang baru menampilkan berapa banyak
banks pada memori yang dipunyai dan teknologi tipe apa yang digunakan, misalkan "EDO
DRAM at Bank 1" or "FP: 0" (FPM DRAM) atau yang sejenisnya sesuai dengan jenis memori
yang dapat dipasangkan.
Display Type : Biasanya menampilkan "VGA/EGA", jenis dari layar yang di setting.
Serial Port(s): merupakan I/O port addeses pada serial atau COM port. Biasanya ada dua
yaitu pada addresses 3F8h dan 2F8h, tetapi bisa juga lebih
Parallel Port(s): merupakan I/O port addresses dari parallel port atau LPT port. Biasanya
hanya satu pada addresses 378h, tetapi dapat juga pada 278h atau 3BCh.
Plug and Play Devices : Beberapa BIOS akan menampilkan informasi apakah dapat
melakukan ekpansi kartu pada Plug and Play slot setelah proses boot.
Plug and Play
Pada program BIOS biasanya menyediakan fasilitas untuk mengimplementasikan Plug and Play
feature di dalam PC. Plug and Play sering disingkat PnP. Pada sistem hardware, BIOS dan sistem
operasi bekerja bersama untuk mengidentifikasi dan mengkonfigur device hardware yang dipakai
secara otomatis. Ini bermaksud untuk mengurangi konflik pada nomer resource, setting jumper, dan
penyediaan setup driver agar sistem dapat berjalan.
Masuk pada BIOS Setup Program
Untuk masuk pada Program BIOS setup biasanya dapat kita lakukan sebelum proses boot, dengan
menekan tombol kombinasi pada keyboard { Ctrl-Alt-Del } secara bersamaan. Pada BIOS yang
sekarang untuk dapat masuk pada program BIOS setup tombol yang digunakan bermacm-macam
seperti tombol { Del }, {Esc}, {F1}, {F2}, {F10}, {Ctrl-Esc}, {Alt-Esc}, {Ctrl-Alt-Esc}, {Ctrl-Alt-Enter}, {Ins}
atau yang lainnya sesuai dengan jenis dan merk dari BIOS-nya.
Tombol yang sering digunakan pada program BIOS setup untuk merubah dan memilih settingan pada
BIOS diantaranya :
F1 biasanya pada semua BIOS digunakan untuk menampilkan help.
{Enter}: digunakan untuk memilih menu atau sub menu.
Tombol panah digunakan untuk memindahkan kursor yang sedang aktif.
Tombol {Page Up}dan {Page Down} atau {+} dan {-} adalah dua tombol yang umumnya digunakan
untuk merubah setting yang aktif.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 5
Tombol {Tab} tombol ini kadang-kadang digunakan untuk memindahkan kursor yang aktif ke
setinggan yang lain.
Tombol {Esc} biasanya digunakan untuk pindah ke level menu sebelumnya dan pada bebera BIOS
digunakan untuk keluar dari program BIOS setup.
Pada BIOS AMI yang tampilannya sudah graphical, kita dapat menggunakan standar mouse serial
pada port serial yang pertama atau jenis port mouse PS/2 dan pada tampilan windowsnya sudah ada
menu-menu yang terdiri dari "program groups". Kalau memakai mouse tidak berjalan atau tidak bisa
dipakai, kita dapat menggunakan keyboard saja.
Pada beberapa BIOS biasanya dilengkapi tombol cepat untuk memungkinkan melewati tes program
BIOS seperti tes memori dengan menekan lama tombol {Esc}selama proses boot, sehingga proses
booting akan menjadi lebih cepat dan melakukan pembacaan sistem operasi.
BIOS Settings
Pada setting BIOS ini dapat kita lihat tipe kelas Pentium atau yang lebih tinggi dari PC. Beberapa
setting-an pada BIOS itu universal pada beberapa jenis komputer, terutama pada program BIOS yang
dibuat oleh suatu peusahaan yang sama.
Pada program BIOS setup ini berisi setting-setting yang yang digunakan pada PC untuk mengatur dan
mencocokan setting-an yang sesuai dengan komponen-komponen hardware yang digunakan pada PC
tersebut denga cara memilih jenis-jenis setting-an pada option yang telah disediakan pada program
BIOS setup. Jika pada BIOS menyediakan utility hard disk yang mengandung pilihan atau option low
level formatting atau media analisis, sebaiknya jangan digunakan untuk drive IDE/ATA atau SCSI.
Karena dengan menggunakan menu ini, hard disk yang telah di low level tidak akan bisa dikembalikan
lagi kepada ukuran yang semula dan jika digunakan untuk drive yang sekarang, kemungkinan drive
tersebut akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi.
Standard BIOS Settings
Pada setting-an BIOS ini mengandung parameter standar yang biasanya digunakan agar sistem dapat
berjalan dengan baik. Setting-setting BIOS ini diantaranya :
Date
Berisi sistem tanggal dengan format yang digunakan seperti mm/dd/yy (bulan/tanggal/tahun),
untuk tanggal pada BIOS yang sekarang pada tahunnya sudah 4 digit.
Time
Sistem waktu, pada beberapa PC biasanya menggunakan 24 jam (1:00 pm = 13:00).
IDE Primary Master
Pada seting ini dimana parameter hard disk dimasukkan untuk device primary master IDE/ATA,
merupakan sistem IDE pertama pada PC. Dari setting ini kita dapat merubah isi dari paramete
yang ada, tetapi lebih baik kita menggunakan autodetection (“auto”) sebagai default setting,
sehingga semua parameter secara otomatis dibaca oleh BIOS.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 6
IDE Primary Slave
Sama seperti setting IDE primari master, yang berisi parameter hard disk untuk device primary
slave yaitu drive yang kedua dari IDE sistem dan sebaiknya menggunakan parameter
autodetection sebagai default setting-nya (”auto”).
IDE Secondary Master
Pada seting ini juga dimana parameter hard disk dimasukkan untuk device secondary master
IDE/ATA, merupakan sistem IDE kedua pada PC. Dari setting ini kita dapat merubah isi dari
paramete yang ada, tetapi lebih baik kita menggunakan autodetection (“auto”) sebagai default
setting, sehingga semua parameter secara otomatis dibaca oleh BIOS.
IDE Secondary Slave
Sama seperti setting IDE primari slave, yang berisi parameter hard disk untuk device seondary
slave yaitu drive yang kedua dari IDE sistem dan sebaiknya menggunakan parameter
autodetection sebagai default setting-nya (”auto”).
Floppy Drive A
Tipe dari floppy yang pertama dan biasanya berisi jenis dari floppy disk yaitu :
1.44 MB: A normal 3.5" drive.
1.2 MB: A normal 5.25" drive.
2.88 MB: A high-density 3.5" drive
720 KB: A low-density 3.5" drive.
360 KB: A low-density 5.25" drive.
None: Tidak ada floppy drive yang diaktifkan pada posisi "floppy A".
Pada setting ini biasanya default-nya pada 1.44 MB 3.5" drive, yang sering digunakan pada komputer
yang sekarang ini.
Floppy Drive B
Tipe dari floppy yang kedua dan isinya sama dengan jenis dari floppy disk pada floppy drive A :
1.44 MB: A normal 3.5" drive.
1.2 MB: A normal 5.25" drive.
2.88 MB: A high-density 3.5" drive
720 KB: A low-density 3.5" drive.
360 KB: A low-density 5.25" drive.
None: Tidak ada floppy drive yang diaktifkan pada posisi "floppy B".
Pada setting ini biasanya default-nya pada None atau not installed, karena sejak PC tidak lagi
menyediakan floppy drive B pada komputer yang sekarang ini.
Video Display Type
Ini merupakan standar dari display monitor yang digunakan, hampir semua setting pada BIOS ini di
set pada “VGA” atau "VGA/EGA" pad PC sekarang ini. Jika kita menggunakan kartu VGA atau
SVGA yang merupakan standar yang digunakan PC, maka default setting- nya dapat
menggunakan seperti di atas.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 7
Halt On
Pada beberapa PC menyediakan untuk memungkinkan memberikan informasi pada BIOS
khusunya ketika komputer error pada waktu proses power-on self test saat booting. Dengan
menggunakan ini kita dapat melewatkan pesan error oleh PC. Isi dari setting dari parameter ini
adalah :
All Errors: Proses boot akan berhenti untuk semua error. Proses akan dapat langsung masuk
prompt walaupun terjadi error dan perbaikan dari error tersebut. Setting biasanya digunakan
sebagai default dan dianjurkan agar di set pada setting ini.
No Errors: Proses POST tidak akan berhenti walaupun ada beberapa jenis error. Setting ini
tidak direkomendasikan kecuali untuk kasus-kasus tertentu.
All But Keyboard: Proses boot akan berhenti jika ada error kecuali error pada key board.
Setting ini akan berguna untuk skomputer yang tidak memakai keyboard seperti PC yang
hanya digunakan untuk menyimpan file atau hanya untuk print server.
All But Diskette/Floppy: Semua error yang terjadi akan menghentikan proses boot kecuali
diskette error.
BIOS Settings - Advanced Features
Bagian ini mengandung setting advanced features untuk mengontrol semua yang ada pada sistem. Ada beberapa setting disini untuk meningkatkan perfoma yang maksimum dari sistem dengan mengaktifkan atau mengnonaktifkan setting yang ada.
Virus Protection / Virus Warning
Setting ini digunakan untuk mendeteksi virus jika pada program terjangkit virus pada master boot
record, jika parameter ini diaktifkan maka apabila pada sistem terdapat virus maka proses akan
dihentikan dan menampilkan pesan bahwa sistem terkena virus.
Internal Cache
Setting ini digunakan untuk meng-enable atau disable internal cache pada processor jika pada
processornya sudah terdapat seperti L1 atau level 1 cache. Untuk 486 atau setelahnya parameter
ini danjurkan pada enable karena sudah memiliki cache pada processornya. Dengan mengaktifkan
cache pada parameter ini akan memaksimalkan performan sistem.
Pada beberapa BIOS parameter yang tersedia ada tiga pilihan yaitu "Disabled", "Write Through"
dan "Write Back". Parameter ini digunakan untuk cache's write policy. Parameter "Write Back"
setting untuk performan yang terbaik.
External Cache
Setting ini untuk meng-enable atau disable external cache pada processor, yang juga dikenal
dengan L2 atau level 2 cache. Kebanyakan pada motherboard 486 atau yang lebih baru sudah
termasuk cache memori ini. Seperti setting internal cache, parameter ini juga sebaiknya enable,
kecuali kalau terjadi masalah maka disetting pada disable. Dengan setting pada disable akan
menyebabkansistem akan berjalan lambat.
Quick Power On Self Test / Quick Boot
Setting enable pada point ini BIOS akan melewatkan proses tes BIOS seperti tes kapasitas
memori (RAM) dan yang lainnya juga selama melakukan booting.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 8
Memory Test Tick Sound
Jika diset enable, maka POST pada proses tes memori akan memakai suara tick sebagai
penghitungan pada sistem memori.
Boot Sequence
Setting ini mengontrol untuk menentukan bahwa device mana yang akan digunakan sebagai boot
untuk load sistem operasi selama proses booting. Kebanyakan PC pilihan setting parameter ini
yaitu "A:, C:" (default), "C:, A:". atau "A:, C:, CD-ROM" yang memiliki CDROM. Pada parameter
beberapa BIOS dapat menggunakan device yang lain seperti SCSI atau device yang lainnya.
S.M.A.R.T. for Hard Disks
Beberapa BIOS mempunyai setting BIOS yang spesifik untuk mengaktifkan monitoring hard disk
yang support SMART (Self-Monitoring And Reporting Technology), dimana kita mendapatkan
report keadaan hard disk apakah masih dalam keadaan baik atau rusak. Default setting yang
dianjurkan adalah “Disable”, karena akan memperlambat proses booting untuk mengecek keadaan
hard disk terlebih dahulu apakah hard disk yang digunakan pada sistem berjan dengan baik atau
ada kerusakan.
Boot Up Numlock Status
Setting ini jika kita aktifkan, maka akan secara otomatis akan mengaktifkan tombol NumLock ketika
sistem booting. Kebanyakan default setting ini adalah enable.
Swap Floppy Drives
Setting ini sangat berguna untuk PC yang menggunakan dua drive floppy disk, dengan parameter
enable setting ini pada drive A: dan B:, dapat memungkinkan kita untuh merubah floppy bootable
tanpa harus membuka casing dan switch dari kabel floppy. Untuk windows NT tidak support option
BIOS swap drive floppy, sebaiknya jangan di-enable-kan jika menggunakan sistem operasi NT.
Floppy Drive Seek
Jika diaktifkan (enable), BIOS akan meaktifkan drive floppy disk selama proses boot. Lampu drive
akan menyala dan head akan bergerak dan seterusnya kembali ke posisi semula.
Boot Up System Speed
Beberapa PC menpunyai setting ini. Biasanya option ini berisi are "High" dan "Low", dengan
“High” adalah parameter normal dan default setting dan “Low” adalah untuk debugging
only.
Keyboard Installed
Beberapa BIOS menyediakan setting keyboard secara ekplisit pada sistem. Default setting nya
tentu harus “Installed” atau “Yes”. Jika kita tidak menggunakan keyboard seperti PC file server
atau PC keamanan jaringan, kita dapat menonaktifkan keyboard pada BIOS.
Typematic Delay
Setting ini untuk mengontrol pengecekan keyboard secara otomatis, biasanya dalam millisecond.
Untuk mengontrol berapa lama keyboard ini untuk berhenti sebelum dimulai lagi secara otomatis.
Tipe setting pada parameter ini biasanya antara 200 dan 1000 millisecond.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 9
Typematic Rate
Setting ini jika diaktifkan untuk mengontrol pengulangan pengiriman data dari keyboard ke sistem
dalam kararter per second. Untuk keyboard yang lebih baru biasanya sudah buil-in dan kadangkadang
disediakan dengan parameter : "Key Repeat" atau "Repeat Rate".
Video BIOS Shadow
Dengan mengaktifkan parameter ini, maka file pada BIOS ROM mengenai kode penggunaan
standar video VGA dimana alamatnya dari C0000 sampai C7FFF (32K) akan dicopy semua isinya
pada RAM yang lebih cepat aksesnya dari pada langsung pada ROM BIOS. Default settingnya
adalah disable, dengan mengaktifkan setting ini akan menambah perfoma dari sistem.
System BIOS Shadow
Dengan mengaktifkan parameter ini, maka semua file BIOS ROM untuk bock memori yang
mengandung sistem BIOS, biasanya mulai dari alamat F0000 sampai FFFFF (64K) akan
dicopykan pada RAM yang pengaksesannya lebih cepat daripada ROM.
C8000-CBFFF Shadow, CC000-CFFFF Shadow, etc.
Kebanyakan BIOS mempunyai beberapa setting pada setiap shadowing ini (16K) block pada RAM
dari C8000h sampai DFFFFh. Settings ditampilkan juga seperti "C8000-CBFFF Shadow", "CC000-
CFFFF Shadow", dan lain-lain sampai "DC000-DFFFF Shadow". Ada juga sistem yang mempunyai
setting untuk ROM shadowing dengan besar (32K) blok, maka kita dapat lihat dengan alamat dari
"C8000-CFFFF" sama dengan "C8000-CBFFF" (16K) dan CC000-CFFFF. Kadang-kadang pada
beberapa BIOS digit terakhirnya dihilangkan sehingga dapat kita lihat bloknya "C800-CBFF".
BIOS Settings - Advanced Chipset Features
Pada bagian ini program BIOS setup menyediakan parameter setting untuk mengontrol chipset pada
sistem sebagai komunikasi dengan beberapa komponen yang ada pada PC seperti cache, memori,
dan I/O bus untuk mengoptimalkan performan. Pengisian parameter setting yang tidak sesuai dengan
harrdware yang ada, akan mengakibatkan konflik pada sistem.
Chipset Special Features / Global Features
Beberapa chipset mempunyai setting "generic", dengan mengaktifkan setting ini maka
memaksimalkan performa dari chipset. Sebaiknya diaktifkan agar sistem mendapatkan performa
yang baik, kecuali ada masalah pada sistem.
Cache Timing
Setting ini untuk menentukan kecepatan chipset dalam membaca data dari external cache (level 2)
Biasanya parameter yang digunakan seperti x-y-y-y. Pada kasus parameter ini menunjukkan
nomer clock cycle sampai 32 byte pembacaan dari cache external. Pada PC sekarang lebar
cache-nya sudah 256 bit pembacaan data dari cache menggunakan empat urutan 64 bit.
Level 2 Cacheable DRAM Size / Cache Over 64 MB of DRAM
Setting ini untuk mengontrol berapa banyak sistem memori yang disediakan oleh cache level 2.
Banyak motherboard yang menggunakan chipset 430FX,430VX dan 430TX tidak mempunyai
option ini. Parameter yang banyak digunakan pada motherboard 430HX yang mengisi antara 64
dan 512 ukuran cache yang dapat digunakan.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 10
Level 2 Cache Size
Beberapa sistem mempunyai setting yang khusus yang harus kita ubah berapa banya cache level
2 yang kita punya pada motherboard. Pada motherboar yang baru sudah tidak ada setting ini dan
hardware akan otomatis deteksi berapa banyak ukuran cache level 2 yang ada. Sejak Pentium Pro
atau Pentium II setting ini sudah tidak ada.
System BIOS Cacheable
Mengaktifkan setting ini, maka akan mengaktifkan sistem cache pada RAM untuk menambah
performan.
Video BIOS Cacheable
Mengaktifkan setting ini, maka akan mengaktifkan sistem cache pada RAM untuk menambah
performan.
DRAM Parity Checking
Jika enable, akan mengaktifkan pengecekan pada sistem RAM. Sebaiknya diaktifkan jika kita
menggunakan parity checking atau ECC. Biasanya parameter defaultnya adalah “Disable”.
DRAM Parity / ECC Mode
Pada sistem yang support parity checking dan ECC error detection/ corretion modes. Default dari
parameter ini adalah “Parity” untuk menonaktifkan atau “Disable”.
Single Bit Error Report
Mengaktifkan setting ini sistem akan memberikan keterangan mengenai mengkoreksi single-bit
error ketika proses ECC berjalan.
DRAM Speed / DRAM Timing / DRAM Auto Configuration
Ada beberapa setting angka yang mengontrol sistem memori. Kebanyakan program setup di set
“automatic” yang menentukan sendiri parameternya oleh sistem.
DRAM R/W Leadoff Timing
Parameter ini mengontrol berapa banyak clock cycles yang disediakan untuk mengakses memori
pertama kali selama proses four-read “burst”.
DRAM Read Timing / DRAM Burst Read Timing / DRAM Read Wait States
Parameter ini mengontrol berapa banyak clock cycles yang disediakan untuk pembacaan memori
selama proses four-read “burst”.
DRAM Write Timing / DRAM Burst Write Timing / DRAM Write Wait States
Parameter ini mengontrol berapa banyak clock cycles yang disediakan untuk penulisan memori
selama proses four-read “burst”.
DRAM Speculative Leadoff
Untuk meningkatkan performa yang tersedia pada beberapa chipset untuk meningkatkan
kecepatan akses sistem memori pada pertama kali.
Turn-Around Insertion
Jika enable, maka akan memasukkan extra clock cycle pada pembacaan DRAM. Defaultnya
adalah “Disable”.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 11
ISA (or AT Bus) Clock Speed / Divisor
Setting ini untuk mengontrol kecepatan bus ISA. Parameternya biasanya 6 Mhz, 8 Mhz
danseterusnya atau ada juga berisi kecepatan clock ISA yang di set seperti kecepatan PCI seperti
"PCICLK/3", "PCICLK/4", "PCICLK/6", dan seterusnya.
8-Bit I/O Recovery Time
Setting ini memungkinkan kita untuk menambahkan clock cycle setelah 8 bit I/O ISA. Defaultnya di
set pada 1 cycle.
16-Bit I/O Recovery Time
Setting ini memungkinkan kita untuk menambahkan clock cycle setelah 16 bit I/O ISA. Defaultnya
di set pada 1 cycle.
Peer Concurrency
Setting ini mengaktifkan multiple device PCI pada waktu yang sama. Default settingnya pada
parameter “Enable”.
BIOS Settings - PCI / PnP Configuration
Pada bagian ini berisi setting spesifikasi dengan bus PCI dan Plug and Play (PnP) terutama pada
motherboard yang mempunyai slot PCI.
Plug and Play Aware OS
Setting ini untuk mengaktifkan bila menggunakan sistem operasi yang support pada spesifilkasi
Plug and Play, seperti Windows 95 keatas. Default setting biasanya pada “Disable”
PCI IDE Bus Master
Beberapa BIOS mempunya setting yang menyediakan enable untuk bus mastering dari drive PCI
IDE hard disk. Defaultnya dari parameter ini adalah ”Disable”.
Automatic Resource Allocation
Setting ini mengaktifkan interrupt resourcer termasuk IRQ dan internal interup PCI. Kebanyakan
aplikasi tidak memerlukan resouce ini jadi sebaiknya diset pada “auto”.
PCI IRQ and DMA Settings / IRQ <n> Assigned To / DMA <n> Assigned To
Setting ini untuk menetukan nomer interrupt (IRQs) dan DMA. Biasanya nomer IRQs seperti
3,4,5,7,8,10,11,12,14 dan 15. Nomer DMA channels yaitu 0,1,3,5,6 dan 7. Default settingnya
sering pada parameter "PCI/PnP", sehingga pencantuman nomernya akan ditentukan secara
otomatis oleh sistem.
1st / 2nd / 3rd / 4th Available PCI Interrupt
Buas PCI menggunakan internal interrupts, biasanya menggunakan nomer #1 sampai #4 atau #A
sampai #D. Beberapa PCI card perlu diaktifkan sistem IRQ nya untu komunikasi dengan
processor. Setting ini mengenai PCI interrupts pada sistem IRQ yang dideteksi BIOS dimana
interrupts digunakan untuk kartu PCI yang memerlukannya. Biasanya pilihan yang ada yaitu IRQ9,
IRQ10, IRQ11 dan IRQ12.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 12
PCI VGA Palette Snoop
Setting ini merupakan setting warna yang digunakan oleh kartu video ketika pada mode 256
warna.
BIOS Settings - Power Management
Bagian ini merupakan setting untuk mengontrol sistem otomatis power management setting. Option
disini mengatur power listrik yang disupply untuk mematikan atau menghidupkan komponen seperti
hard disk, processor, monitor dan lain sebagainya. Tetapi apabila mengaktifkan option ini sering terjadi
konflik dengan sistem operasi, jadi sebaiknya di ”Disable” kan saja.
Global Power Management Setting
Setting untuk mengaktifkan global power management. Ketika di set “Disable”, makasetting yang
lainnya juga akan terblok dan tidak dapat diubah.
Video Power Down Mode
Jika diaktifkan, maka akan mengatur power monitor pada power yang rendah dan pada tampilan
monitornya akan kelihatan mati. Isi dari parameternya yaitu :
• DPMS: Memilih option ini jika monitor kita support pada DPMS (Display Power Management
System). Biasanya parameter ini setting default yang digunakan.
• V/H Sync+Blank: Memilih option ini menyebabkan kartu video akan shutdown atau
menghentikan sinyal vertical dan horizontal pada monitor.
• Blank Screen: Option ini menyebabkan monitor akan blank saja.
Video Power Down Timeout
Setting ini mengontrol berapa lama sistem harus stanby untuk memberikan power pada video. Diisi
dalam menit atau dapat diset pada “Disable”.
Hard Disk Power Down Timeout
Setting ini mengontrol berapa lama hard disk pada keadaan standby dari berputar. Defaultnya di
set pada ”Disable”.
Doze Mode Timeout
Setting ini mendefinisikan berapa menit sebelum sistem masuk pada keadaan ”doze mode”,
processor akan berjalan dengan kecepatan minimal. Default setting-nya biasanya ”Disable”.
Standby Mode Timeout
Setting ini mendefinisikan berapa menit sebelum sistem masuk pada keadaan ”standby mode”,
processor akan berjalan dengan kecepatan minimal. Default setting-nya biasanya ”Disable”.
Suspend Mode Timeout
Setting ini mendefinisikan berapa menit sebelum sistem masuk pada keadaan ”suspend mode”,
sistem device akan berjalan dengan kecepatan minimal. Default setting-nya biasanya ”Disable”.
BIOS Settings - Integrated Peripherals
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 13
Bagian ini mengenai setting untuk mengontrol sistem integrated peripheral. Setting yang disediakan
untuk meng-enable dan disable intergrated periperal support dan macam-macam resource yang
digunakan.
Integrated Floppy Disk Controller
Setting untuk mengaktifkan integrated floppy disk cotroller (FDC). Defaulnya adalah “Enable”.
Integrated IDE Controllers\
Setting untuk mengaktifkan integrated primary dan secondary IDE/ATA cotroller, jika kita
menggunakan semuanya dalam device IDE. Tetapi jika kita menggunakan tipe device SCSI maka
option ini dapat di “Disable”. Defaulnya adalah “Enable”.
Integrated Serial Port 1 / Serial Port 2
Setting ini untuk mengspesifikasikan resource atau addrres untuk kesatu dan kedua port serial
pada motherboard. Seperti COM1, COM2 dan selanjutnya. Setting ini untuk menentukan list
alamat I/O dan IRQ-nya. Pada setting serial port biasanya dapat kita temukan seperti dibawah ini:
• 3F8/IRQ4 (COM1): Set serial port untuk I/O address dan IRQ biasanya digunakan oleh
COM1. Biasanya default untuk serial port yang pertama.
• 2F8/IRQ3 (COM2): Set serial port untuk I/O address and IRQ biasanya digunakan oleh COM2.
Biasanya default untuk serial port yang kedua.
• 3E8/IRQ4 (COM3): Set serial port untuk I/O address and IRQ biasanya digunakan oleh COM3.
Biasanya default untuk serial port yang ketiga.
• 2E8/IRQ3 (COM4): Set serial port untuk I/O address and IRQ biasanya digunakan oleh COM4.
Biasanya default untuk serial port yang keempat.
• (Other options): Beberapa sistem dapat memilih alamat IRQ yang lain untuk port yang ada
pada motherboard.
• Disabled: Disable serial port.
Integrated Parallel Port
Setting ini untuk mengspesifikasikan resource atau addrres untuk kesatu dan kedua port parallel
pada motherboard. Seperti LPT1, LPT2 dan selanjutnya. Setting ini untuk menentukan list alamat
I/O dan IRQ-nya. Pada setting paralel port biasanya dapat kita temukan seperti dibawah ini:
• 378/IRQ7 (LPT1): Set paralel port untuk I/O address dan IRQ biasanya digunakan oleh LPT1.
Biasanya default untuk paralel port yang pertama
• 278/IRQ5 (LPT2): Set paralel port untuk I/O address dan IRQ biasanya digunakan oleh LPT2.
Biasanya default untuk paralel port yang kedua.
• Disabled: Disable integrated parallel port.
Integrated Parallel Port Mode
Parallel port mempunyai beberapa mode operasi yang berbeda-beda. Biasanya parallel port
menggunakan hanya untuk satu arah comunikasi dari PC pada printer. Setting standard pada
option ini adalah :
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 14
• SPP: Set parallel port untuk function sebagai Standard Parallel Port. Ini merupakan pilihan
default.
• EPP: Set parallel port ini digunakan untuk Enhanced Parallel Port mode. Sering disebut
juga"Bi-directional"
• ECP: Set parallel port up sebagai Enhanced Capabilities Port. Setting ini untuk menyediakan
DMA channel.
Parallel Port ECP DMA Channel
Jika sistem support ECP parallel port mode dan kita set portnya dengan menggunakan ECP, kita
harus memberikan setting DMA channel yang digunakan oleh port. Biasanya option ini berisi
"DMA 1" and "DMA 3".
PS/2 Mouse Enable
Setting untuk mengaktifkan jenis mouse PS/2, jika sistem sudah menyediakan port PS/2.
USB Enable
Gunakan setting ini jika pada motherboard sudah terpadapat device USB (Universal Serial Bus),
jika tidak menggunakan device USB, kita dapat menonaktifkannya (“Disable”).
BIOS Settings - IDE Device Setup / Autodetection
Pada bagia ini akan membahas setting BIOS untuk mengontrol device IDE/ATA (keterangan drive hard
disk). Pada kebanyakan BIOS mempunyai standar sistem yang support pada ( primary master, primary
slave, secondary master, dan secondary slave ). Pada tiap-tiap sitem tersebut terdapat nilai ukuran
untuk di-setting seperti (type, size, cylinders, dan lain-lain)
Type
Setting ini digunakan untuk menentukan tipe dari device IDE. Biasanya angka yang ada dari 1
sampai 45 atau lebih. Tipe yang ada pada BIOS biasanya seperti dibawah ini :
• Predefined Types (1-45, 1-46, or 1-47): Ini sudah ditentukan ukurannya sesuai dengan tabel
range yang ada.
• User: Option ini secara manual untuk menspesifikasikan parameter dari drive.
Pada pilihan “user”, beberapa sistem menggunakan nomer pada tabel untuk user setting seperti :
• Auto: Setting ini untuk mengaktifkan dynamic IDE autodetection untuk device. Device aka diautodetect
oleh BIOS pada waktu boot.
• CD-ROM: Beberapa sistem sekarang support isi ini, yang menerangkan pada BIOS bahwa
sistem menggunakan CD-ROM pada device IDE.
• Disabled / None: Menggunakan atau mengaktifkan setting ini, berarti tidak ada device yang
didefinisikan.
Size
Setting ini menyatakan ukuran dari drive, bisanya dalam desima megabyte. Ukuran ini merupakan
perkalian dari beberapa variabel yaitu dengan rumus :
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 15
• Size = (Heads * Cylinders * Sectors * 512) / 1,000,000
512 didapat karena PC menggunakan 512-byte sector, 1,000,000 conversi angka pada desimal.
Heads, cylinders dan sector merupakan jumlah komponen yang ada pada drive.
Cylinders
Merupakan jumlah cylinder yang ada pada piringan drive.
Heads
Merupakan jumlah head untuk membaca dan menulis pada disk yang digunakan. Untuk drive yang
lama merupakan jumlah pisik head yang ada pada disk, tetapi untuk disk yang sekarang jumlahnya
secara logikal. Biasanya menggunakan head berjumlah 16.
Sectors
Setting ini merupakan jumlah sector yang ada pada track. Sector ini berjumlah 512 byte, ini jumlah
yang kecil untuk data pada hardisk.
Translation Mode
Setting ini merupakan spesifikasi pnerjemah dan/ atau address mode untuk drive. Parameter yang
ada yaitu :
• Normal or CHS
• LBA (Logical block addressing )
• Large
• Auto
Block Mode
Jika diaktifkan, maka sistem akan meningkatkan performa akses pada hard disk dalam block mode
BIOS Settings - Security / Password Settings
Pada bagian ini setting mengenai security password untuk mengendalikan akses pada sistem pada
waktu boot dan/ atau memasuki program BIOS setup.
Instalasi dan Konfigurasi BIOS II - 16
Supervisor Password
Password untuk memasuki program BIOS setup.
User Password
Password untuk melakukan sistem boot, tetapi tidak bisa masuk pada program BIOS setup.
BIOS Settings - Auto Configuration and Defaults
Pada bagian setting ini sistem secara otomatis akan melakukan deteksi hardware yang terpasang
pada sistem dan mengisi parameter-parameter yang disesuaikan dengan spesifikasi hardware yang
ada pada sistem. Untuk Auto configuration ini diantaranya :
Auto Configuration with BIOS Defaults / Failsafe Settings
Pilihan ini untuk mengisi dan mengganti BIOS yang aktif dengan pendefinisian ulang yang
disediakan oleh sistem agar stabil dengan kemungkinan yang ada. Setting-an yang terdefinisi
merupakan setting minimal agar sistem dapat berjalan dengan baik.
Auto Configuration with Optimal Settings
Pilihan ini untuk mengisi dan menggantikan parameter BIOS yang aktif dengan parameter yang
optimal, sehingga sistem akan berjalan dengan performa tertinggi.
BIOS Settings - Exit Setup
Umumnya ada dua menu untuk keluar dari program BIOS setup ini yaitu yang satu keluar dengan
saving BIOS dan yang kedua keluar tanpa saving BIOS. Tombol ( Esc ) yang banyak digunakan untuk
keluar dari program BIOS ini.
Save and Exit Setup
Pilihan menu ini untuk keluar dari program BIOS setup dan menyimpan (save) data pada BIOS
(CMOS memori)
Exit Setup Without Saving
Pilihan menu ini untuk keluar dari program BIOS setup tanpa menyimpan data pada BIOS.